Rabu, 08 Maret 2017

BUAH LOKAL

Gambar terkait
Jambu Citra
Buah jambu citra langsung dari kebun sendiri

Harga Rp.15.000/ Kg

Berminat hubungi sms/wa 

Selasa, 07 Maret 2017

URGENSI PENINGKATAN KOMPETENSI PENDIDIK
DALAM DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA



 







Oleh:
Setyadi






SMP NEGERI 1 SUSUKAN
KABUPATEN BANJARNEGARA
PROPINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2016
Indonesia adalah negara yang secara geografis sangat strategis di dunia, dimana dua benua dan dua samudera mengapitnya. Itu terkenal sejak belajar di bangku Sekolah Dasar (SD). Sekarang terlihat semakin mempesona dengan seiring memasuki milenium ke 3, masuk era digital keindahannya pesona Indonesia semakin mengglobal. Semakin mudahnya arus informasi keindahan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia akan mudah dilihat dan dinikmati.
Dengan banyaknya cahaya matahari yang menyinari negara kita tercinta maka semua makhluk di dunia ini akan berebut untuk ikut menikmati energi tersebut. Mulai makhluk bersel satu seperti bakteri sampai bersel banyak seperti manusia, sehingga menimbulkan keanekaragaman flora dan fauna terlengkap di dunia. Sehingga Indonesia terkenal sebagai zamrut katulistiwa. Karena itu pantaslah kiranya untuk bersyukur dengan bertanah air Indonesia.
Sudah sepantasnya Indonesia menjadi negara maju, yang banyak berperan di dunia internasional, seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Potensi tersebut telah tergambar sangat jelas dari kemampuan bangsa Indonesia mengusir penjajah sampai memerdekan sendiri dan mengatasi krisis politik dan ekonomi yang mengiringinya. Kemampuan mengatasi badai krisis ekonomi 1998 menjadi tolok ukur di era modern bahwa bangsa ini masih mampu mengatasi masalah sendiri. Dunia bahkan sempat gamang terhadap Indonesia pada waktu itu dengan sulitnya IMF memberikan suntikan dana, namun dengan persatuan masyarakat maka dolar Amerika yang sempat menembus angka Rp. 18.000 berangsur turun sampai menyentuh Rp. 6.500 dalam waktu satu tahun di era pemerintahan BJ. Habibie.
Sejujurnya, carut marutnya keadaan bangsa kita tercinta saat ini merupakan kegagalan pendidikan. Sebenarnya sumber dari kegagalan pendidikan itu adalah karena kurangnya integritas penyelenggara dan para pihak yang ikut berkepentingan. Sesungguhnya kegagalan pendidikan merupakan kegagalan dalam proses pembelajaran dan yang paling bertanggung jawab atas kegagalan tersebut adalah guru. Artinya jika pendidikan belum mampu memajukan bangsa, maka guru lah yang gagal dalam melakukan tugasnya.
Maka harapannya, pemerintah perlu memperhatikan guru agar mampu berperan memajukan bangsa. Mulai dari rekruitmen yang transparan dan berkualitas serta berintegritas tinggi. Hingga pelatihan-pelatihan untuk memberdayakan kemampuan guru agar mampu berkreatifitas tinggi dalam pengembangan diri. Guru yang berkualitas akan mampu melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas. Proses pembelajaran yang berkualitas akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Peserta didik yang berkualitas akan mampu berperan dalam memajukan bangsa.
Masalah
Permasalahan pendidikan difokuskan pada masalah guru dan pengelolaannya. Dari banyak kajian dan pengamatan bahwa peningkatan kesejahteraan guru dengan tunjangan profesi guru atau sertifikasi belum mampu meningkatkan kualitas guru. Kualitas guru di Indonesia masih sangat rendah, baik di tingkat regional maupun internasional.
Berikut beberapa data mengenai hasil buruk yang dicapai dunia pendidikan Indonesia pada beberapa tahun terakhir diantaranya:
1.     Sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan.
2.     Nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5. Padahal, nilai standar kompetensi guru adalah 75. 
3.     Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara, pada pemetaan kualitas pendidikan, menurut lembaga The Learning Curve. 
4.     Dalam pemetaan di bidang pendidikan tinggi, Indonesia berada di peringkat 49, dari 50 negara yang diteliti.
5.     Pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for International Study Assessment (PISA), pada tahun 2012. Tren kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung stagnan. Hasil PISA telah banyak dikutip, beberapa dengan nada sarkastik, tentang siswa Indonesia yang ”bodoh, tetapi bahagia” oleh Pisani (2013).
6.     Pada Maret 2016 lalu, Most Literate Nations in the World, malah merilis pemeringkatan literasi internasional. Dalam pemeringkatan tersebut, Indonesia berada di urutan ke-60 di antara total 61 negara. Bahkan tahun 2011 UNESCO meliris indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih mau membaca buku secara serius (tinggi).  
7.     Indonesia menjadi peringkat 103 dunia, negara yang dunia pendidikannya diwarnai aksi suap-menyuap dan pungutan liar.
8.     Angka kekerasan yang melibatkan siswa di dalam dan luar sekolah di Indonesia meningkat terus.
9.     Hasil tes PIAAC atau Programme for the International Assessment of Adult Competencies terbaru, survei terhadap tingkat kecakapan orang dewasa yang dilakukan oleh OECD (Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) menunjukkan hasil yang sangat memprihatinkan, menduduki peringkat 34 dari 34 negara yang disurvei. 
10.  Angka pernikahan dini menduduki ranking 2 di tingkat ASEAN.
11.  Akses pornografi menduduki ranking 2 setelah Amerika.
12.  Meningkatnya angka penyalahgunaan obat terlarang atau narkoba di kalangan remaja sekolah dan usia produktif.
13.  Meningkatnya angka penderita AIDS yang cukup signifikan di kalangan remaja dan usia produktif, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan lost generation karena narkoba dan AIDS.
Jika dicermati, masalah di atas merupakan masalah pendidikan. Mulai dari hasil pendidikan yang berupa kognitif  pengetahuan sampai hasil pendidikan berupa perilaku.
Solusi
Bila dilihat dari regulasi yang ada, apa yang salah dengan perundangan-undangan yang  masih berlaku. Ternyata tidak, bisa dibandingkan dengan negara-negara lain anggaran yang diberikan kepada departemen pendidikan menduduki porsi tertinggi dengan 20% RAPBN, walaupun masih kalah dengan negara maju, paling tidak sudah tidak ketinggalan dengan negara tetangga. Pernah ada tulisan lama di harian kompas oleh Dirjen pendidikan dasar mengenai HDI Indonesia dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, ternyata dari laporan UNDP terlihat bahwa negara yang berani berspekulasi berani menganggarkan besar dalam pendidikan akan memperoleh hasil dalam waktu sepuluh tahun meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Paradigma membangun ekonomi yang mampu digadang-gadang mensejahterakan kehidupan bangsa ternyata telah gagal. Sejarah mencatat bangsa ini pernah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sekitar 7% per tahun, namun keropos diterpa badai krisis akhir tahun 1997. Sementara Malaysia yang berani menganggarkan sampai hampir 30% RAPBN mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi, walaupun banyak faktor yang mempengaruhi. Ini artinya secara perundangan sudah benar dengan menganggarkan pendidikan dengan porsi tertinggi. Para penyelenggara negara telah sadar, dan membangun paradigma baru yang menitikberatkan pada pendidikan sebagai faktor utama pemicu pertumbuhan di segala sektor kehidupan. Hasil pendidikan pendidikan memang tidak dapat dilihat dalam waktu singkat, butuh paling tidak dua puluh tahun kemudian.
Regulasi yang ada sudah benar, anggaran cukup, lantas dimana letak kesalahannya dari masalah ini. Jika program sudah benar, lihatlah pelaksanaannya, apakah ada yang salah. Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Usaha sadar yang terencana dapat diartikan sebagai cetak birunya yaitu kurikulum, apakah ada yang salah dengan kurikulum. Memang ada kata-kata ganti menteri ganti kurikulum, namun pada hakekatnya merupakan penyempurnaan dari kurikulum yang sedang berjalan, karena tuntutan zaman.
Hanya kadang ada usaha untuk menggabungkan dengan kurikulum negara-negara maju. Sebenarnya jika menghendaki perubahan dan ingin mencontoh negara maju. Contohlah negara yang secara terus menerus menduduki peringkat baik dalam pendidikan misal Jepang, Korea, China untuk tingkat ASIA. Negara Korea yang terang-terangan mencontoh Jepang ternyata mampu bangkit mensejajarkan diri dengan yang dicontoh. Hal ini pernah penulis tanyakan pada guru SMA di Korea saat bertemu dalam sebuah pameran di Aichi, Nagoya, Jepang. Tapi yakinlah bahwa merumuskan kurikulum tentu oleh para ahli di bidangnya, tidak sembarangan. Ini artinya kurikulum bukan menjadi akar masalah.
Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Disini peran guru sebagai garda terdepan pelaksana perintah negara berupa melaksanakan kurikulum yang telah dianggarkan dengan anggaran yang besar. Apakah ada yang salah dengan guru?
Tentu semua orang tidak mau disalahkan, ini hanya sebuah tinjauan dan analisa dari hasil refleksi penulis sekaligus sebagai praktisi pendidikan. Tugas guru secara undang-undang sudah jelas yaitu mengembangkan potensi pesera didik yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Maka terlihat jelas bahwa guru bukan orang sembarangan, karena tugas itu bukan tugas yang ringan.
Dari banyak survei didapat bahwa kualitas guru Indonesia rendah, ini berkorelasi dengan rendahnya kualitas manusia Indonesia. Lantas rendahnya mutu guru terletak dimana. Secara kompetensi, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan profesional. Semua kompetensi yang dimiliki guru didapat saat menuntut ilmu keguruan. Tentu guru yang berkualitas adalah mereka yang memiliki empat kompetensi di atas rata-rata. Karena itu di negara yang memiliki kualitas manusia yang baik seperti Jepang dan Finlandia, yang dapat menjadi guru adalah mereka yang saat menuntut ilmu di perguruan tinggi mendapat peringkat 10 besar terbaik dari perguruan tinggi peringkat baik. Bisa dipahami karena guru bukan orang dengan kualitas sembarangan.
Maka makin terlihat jelas bahwa akar masalah adalah kualitas guru. Jika dilihat hasil penilaian kualitas guru yang nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5. Padahal, nilai standar kompetensi guru adalah 75. Apakah guru hanya dari orang pandai, pada kenyataannya tidak semua orang pandai mampu menjadi guru yang baik. Disinilah pentingnya passion (kegairahan) guru dan sense (naluri) guru. Jika dipadukan akan menjadi integritas seorang guru. Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Itu artinya integritas guru di Indonesia rendah. Mungkin karena itu Pak Anies Baswedan menggelorakan gairah guru saat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Ada hal menarik yang ditawarkan oleh IkatanGuru Indonesia atau IGI yang berdiri sejak tahun 2009  dan telah tercatat oleh Kementrian Hukum dan HAM, dengan program peningkatan kualitas guru seluruh Indonesia. Diantara program-program tersebut sifatnya gratis, seperti sagusablog atau satu guru satu blog. Dengan guru mengikuti pelatihan sagusablog online diharapkan guru akan semakin komunikatif dengan siswa dan sesama guru sejenis lewat blog. Di era informasi ini maka tuntutan guru untuk mendapat informasi semakain tinggi.
Melalui blog guru dapat membuat semua perangkat mengajar dan tersimpan baik di blog. Pembuatan soal secara online akan memberi ruang gerak yang luas untuk siswa berkomunikasi secara sehat dalam berinternet. Tanpa disadari maka kualitas guru akan meningkat. Dengan pelatihan secara online sagusablog akan menghemat biaya sehingga tidak mengganggu tugas sehari-hari dan mendukung program paperless. Banyak manfaat yang dihasilkan oleh program ini. Jangkauannya pun tak terbatas seluruh Indonesia. Dengan demikian peningkatan kualitas akan merata di seluruh Indonesia. Dengan guru yang berkualitas akan menghasil peserta didik yang berkualitas. Peserta didik yang berkualitas akan menjadi pengisi pembangunan yang berkualitas sehingga cita-cita menjadi negara maju segera terwujud. Semoga.
  
Harapan
Harapannya jika ini bisa terwujud walaupun tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, dalam waktu tiga tahun dapat meningkatkan guru dengan integritas yang baik. Satu tahun untuk evaluasi menyeluruh, satu tahun lagi untuk memantau guru kategori sedang sekaligus perekrutan guru baru, satu tahun lagi untuk penataan dan refleksi pelaksanaan. Perlu diingat bahwa potensi bangsa Indonesia sangat tinggi untuk menjadi negara dengan guru berintegritas tinggi. Dengan mencontoh Jepang atau Finlandia menawarkan lulusan terbaik dari perguruan tinggi terakkreditasi A untuk menjadi guru.
Manusia Indonesia mempunyai daya suai tinggi, sehingga tidak perlu ada yang mengkhawatirkan jika pelaksanaan ini dilaksanakan karena langkah tersebut juga untuk menyelamatkan bangsa ke depan. Siswa-siswa Indonesia tidak pernah sepi membuat harum bangsa dengan prestasi internasional menjuarai cabang olimpiade, robotika dan penelitian. Walaupun itu tidak bisa mewakili semua siswa, namun itu gambaran bahwa siswa Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain.
Dengan wajah guru berintegritas tinggi, maka passion guru dan sense guru akan menjadi semangat guru Indonesia. Dengan guru yang berkualitas maka menghasilkan siswa yang berkualitas pula. Siswa dengan integritas baik akan menjadi siswa yang mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Bukan tidak mungkin jika ini terwujud, bonus demografi akan menghasilkan kesejahteraan bukan malapetaka bangsa. Dalam waktu 20 tahun mendatang maka terlihat hasilnya. Semua prestasi buruk tahun ini akan berbalik 180 derajat. Sehingga pada tahun 2045 saat memperingati 100 tahun Indonesia merdeka, Indonesia menjadi negara maju yang demokratis dan sejahtera. Aamiin.

Selasa, 31 Januari 2017

VIDEO YOUTUBE

INI VIDEO DARI YOUTUBE UNIK DAN MENARIK

UJI MAKANAN

UNTUK MELAKUKAN ORDER SILAHKAN KLIK LINK

Gambar siswa kelas 8 mempresentasikan hasil percobaan uji makanan








URGENSI INTEGRITAS DALAM DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA

URGENSI INTEGRITAS DALAM DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA



 







Oleh:
Setyadi
NIP. 196711081990031003
NUPTK 3440-7456-4720-0013





SMP NEGERI 1 SUSUKAN
KABUPATEN BANJARNEGARA
PROPINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2016
Indonesia adalah negara yang secara geografis sangat strategis di dunia, dimana dua benua dan dua samudera mengapitnya. Itu terkenal sejak belajar di bangku Sekolah Dasar (SD). Sekarang terlihat semakin mempesona dengan seiring memasuki milenium ke 3, masuk era digital keindahannya pesona Indonesia semakin mengglobal. Semakin mudahnya arus informasi keindahan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia akan mudah dilihat dan dinikmati.
Dengan banyaknya cahaya matahari yang menyinari negara kita tercinta maka semua makhluk di dunia ini akan berebut untuk ikut menikmati energi tersebut. Mulai makhluk bersel satu seperti bakteri sampai bersel banyak seperti manusia, sehingga menimbulkan keanekaragaman flora dan fauna terlengkap di dunia. Sehingga Indonesia terkenal sebagai zamrut katulistiwa. Karena itu pantaslah kiranya untuk bersyukur dengan bertanah air Indonesia.
Sudah sepantasnya Indonesia menjadi negara maju, yang banyak berperan di dunia internasional, seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Potensi tersebut telah tergambar sangat jelas dari kemampuan bangsa Indonesia mengusir penjajah sampai memerdekan sendiri dan mengatasi krisis politik dan ekonomi yang mengiringinya. Kemampuan mengatasi badai krisis ekonomi 1998 menjadi tolok ukur di era modern bahwa bangsa ini masih mampu mengatasi masalah sendiri. Dunia bahkan sempat gamang terhadap Indonesia pada waktu itu dengan sulitnya IMF memberikan suntikan dana, namun dengan persatuan masyarakat maka dolar Amerika yang sempat menembus angka Rp. 18.000 berangsur turun sampai menyentuh Rp. 6.500 dalam waktu satu tahun di era pemerintahan BJ. Habibie.
Sejujurnya, carut marutnya keadaan bangsa kita tercinta saat ini merupakan kegagalan pendidikan. Sebenarnya sumber dari kegagalan pendidikan itu adalah karena kurangnya integritas penyelenggara dan para pihak yang ikut berkepentingan. Sesungguhnya kegagalan pendidikan merupakan kegagalan dalam proses pembelajaran dan yang paling bertanggung jawab atas kegagalan tersebut adalah guru. Artinya jika pendidikan belum mampu memajukan bangsa, maka guru lah yang gagal dalam melakukan tugasnya.
Maka harapannya,